Opini

Sekali Lagi, Anak-anak Muda Akan Jadi Penentu Pilkada Kabupaten Magelang

***) Oleh : Wiwid Arif

Tren mayoritas pemilih Generasi Z (Gen Z) dan Milenial (Generasi Y) tampaknya masih akan berlaku pada pemilihan kepala daerah (Pilkada).

Seperti diketahui bersama Pemilu 2024 menjadi suaranya anak muda. Berdasarkan perhitungan nasional Komisi Pemilihan Umum (KPU), dari 204,8 juta pemilih dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), lebih dari 116,5 juta atau 56 persen merupakan generasi Z dan kaum milenial.

Generasi Z yang lahir antara tahun 1995 hingga 2000-an, memiliki hak pilih sebesar 22,8 persen. Sementara suara kelompok milenial, yang lahir pada tahun 1980 hingga 1994, mencapai 33,6 persen.

Hal yang sama juga terjadi di Kabupaten Magelang. Siti Nurhayati (2023, Ketua Divisi Hukum dan Pengawasan KPU Kabupaten Magelang saat itu) menyebut jumlah pemilih dari generasi milenial atau pemilih dengan usia 25-31 tahun jumlahnya 303.322 orang, atau setara dengan 30,1 persen dari total DPT.

Di sisi lain, generasi Z dengan rentang usia 17-24 tahun memiliki jumlah pemilih sebanyak 250.092 orang, atau setara dengan 20,4 persen dari total pemilih.

Dengan proporsi ini, akankah para calon dan pasangan calon pada Pilkada nanti latah menduplikasi pemenang Pemilu 2024? Sebab, dengan rancangan kampanye unik dan khas, sudah teruji mampu mendulang suara mayoritas Gen Z dan Milenial empat bulan yang lalu.

Sama halnya dengan Pemilu 14 Februari, kontestasi politik 27 November 2024 untuk sekali lagi para pemilih muda akan jadi penentu hasil Pilkada di Kabupaten Magelang. Tentu saja, dengan posisi strategis anak-anak muda ini akan mengubah pola kampanye kontestan politik pada Pilkada sebelumnya. Diksi penggunaan media sosial, yang identik dengan dunia anak muda akan kembali dijadikan medan perang para kandidat.

Foto: Ilustrasi Peran Gen Z dalam Pemilu dan Pemilihan.

Meskipun sampai saat ini, di Kabupaten Magelang dan daerah sekitarnya, pola-pola menggaet pemilih mayoritas belumlah tampak. Hingar bingarnya justru masih didominasi baliho, spanduk, dan pajangan foto bakal calon.

Padahal, penggunaan platform media sosial sudah teruji efektif saat Pemilihan Presiden (Pilpres) empat bulan lalu. Bahkan, platform berbasis audio visual, seperti Tiktok yang sangat populer di kalangan muda, pernah dibanjiri gambar dan video kontestan. Para kandidat bahkan menampilkan diri dengan santai, tanpa harus memaksa pendengarnya untuk berpikir lebih dalam lagi.

Dari banyaknya platform media sosial di Indonesia, Tiktok masih mendominasi dengan 50 persennya diinstall Generasi Z. Sedangkan milenial tercatat ada 39 persen mengunduh di smartphone mereka (Plannly, 2024).

Sementara itu, Facebook yang penggunanya menua sepertinya tidak akan banyak dimanfaatkan oleh para kandidat dan timnya untuk berkampanye, berbeda dengan dua Pilkada sebelumnya.

Para kontestan Pilkada, sepertinya sudah sadar bahwa anak-anak muda ini cenderung enggan membicarakan isu-isu politik secara serius, bahkan cenderung apatis.

Hal ini juga terlihat dari kebiasaan mereka dalam mengakses hiburan, seperti film, musik, komedi, olahraga, dan gaya hidup, daripada konten politik. Ketika berbicara tentang preferensi politik, generasi muda ini lebih memperhatikan gaya dan kepribadian calon daripada substansi kebijakan.

Namun bukannya tanpa risiko jika kandidat ingin menggaet dua generasi dominan ini. Sebab kaum milenial dan generasi Z terbukti sebagai kelompok yang paling rentan dengan misinformasi. Menganut penelitian psikolog dari Universitas Cambridge dalam jurnal Behavior Research Methods pada bulan Juni 2023, remaja dan anak muda lebih rentan terpengaruh oleh informasi yang salah dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua.

Semakin banyak waktu yang dihabiskan seseorang untuk berselancar di internet, semakin besar kemungkinan mereka terjebak oleh informasi palsu tersebut.

Walakin, hasil survei di Amerika Serikat, yang melibatkan 8.000-an peserta ini, cenderung bertentangan dengan anggapan umum, karena sejatinya baby boomers justru yang paling kritis menerima informasi dari platform manapun.

Kembali lagi ke kontestan Pilkada, sebagai kelompok pemilih mayoritas, pemilih muda memiliki potensi besar untuk memengaruhi hasil pemilihan kepala daerah.

Kita tentu berharap, generasi muda dapat memilih dengan bijak agar tidak dimanfaatkan oleh politisi yang hanya mencari dukungan sesaat demi kekuasaan. Masa depan Indonesia berada di tangan para pemilih muda.(***)

***)Anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Pilkada 2024 Kecamatan Bandongan

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 475 kali